Batu Bara Rehat Dulu, Sahamnya di RI Ikutan Loyo

Berita, Teknologi16 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten batu bara terpantau ambles pada perdagangan sesi I Kamis (31/8/2023), di tengah melandainya harga batu bara acuan dunia kemarin, setelah terbang kencang.

Per pukul 10:38 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 13 saham terpantau melemah, tiga saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni empat saham terpantau menguat.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
























Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Atlas Resources ARII 328 -2,38%
Bukit Asam PTBA 2.860 -1,72%
MNC Energy Investment IATA 60 -1,64%
Bayan Resources BYAN 18.550 -1,20%
Indika Energy INDY 2.010 -0,99%
ABM Investama ABMM 3.960 -0,75%
TBS Energi Utama TOBA 352 -0,56%
Indo Tambangraya Megah ITMG 29.025 -0,51%
Mitrabara Adiperdana MBAP 5.275 -0,47%
Golden Eagle Energy SMMT 1.140 -0,44%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.680 -0,37%
Harum Energy HRUM 1.580 0,32%
United Tractors UNTR 26.075 -0,29%
Baramulti Suksessarana BSSR 4.090 0,00%
Bumi Resources BUMI 139 0,00%
Borneo Olah Sarana Sukses BOSS 50 0,00%
Prima Andalan Mandiri MCOL 4.620 0,43%
Delta Dunia Makmur DOID 414 0,98%
Alfa Energi Investama FIRE 68 3,03%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.330 4,31%

Sumber: RTI

Saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) memimpin koreksi saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni ambles 2,38% ke posisi Rp 328/saham.

Selain itu, saham raksasa batu bara juga secara mayoritas melemah pada hari ini, dengan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi saham raksasa batu bara yang koreksi paling besar yakni mencapai 1,72% menjadi Rp 2.860/saham.

Sedangkan untuk saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) cenderung tak bergerak di awal perdagangan sesi I hari ini.

Harga batu bara melandai setelah terbang kencang. Pelemahan ini justru terjadi di tengah sentimen yang masih positif, sehingga ada indikasi ini hanyalah koreksi wajar.

Melansir data dari Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup ambles 2,26% di posisi US$ 158 per ton.

Harga pasir hitam jatuh setelah menguat tiga hari beruntun. Penurunan kali ini menyebabkan batu bara berada di bawah level psikologis US$ 160.

Pekan sebelumnya, harga batu bara lari kencang selama 12 hari perdagangan beruntun yang telah terpatahkan.

Sentimen penggerak utama harga batu bara kemarin berasal dari konsumen batu bara terbesar dunia, yakni China. Negeri Tirai Bambu terus mengizinkan dua pembangkit listrik tenaga batu bara per minggu.

Analisis menunjukkan bahwa negara penghasil karbon terbesar di dunia ini tetap berkomitmen pada batu bara meskipun ada pertumbuhan energi terbarukan.

Menurut analisis dari Global Energy Monitor (GEM) dan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), pemerintah mengizinkan pembangunan dua pembangkit listrik tenaga batu bara per minggu.

Pada paruh pertama tahun 2023, pembangkit listrik tenaga batu bara baru sebesar 52 Giga watts (GW) diizinkan di China, meskipun pemerintah setempat telah berjanji untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030, dengan tujuan mencapai emisi nol pada tahun 2060.

Peningkatan pembangkit batu bara seharusnya mendorong harga komoditas ini. Namun, koreksi terjadi seiring dampak peningkatan permintaan pembangkit listrik mungkin belum dirasakan.

Sentimen penurunan harga selanjutnya datang dari India sebagai konsumen terbesar kedua. Melansir Reuters, perusahaan listrik India memanfaatkan campuran batubara domestik kualitas rendah ditambah impor batu bara kualitas tinggi.

Hal ini menyebabkan permintaan batu bara kalori tinggi yang erat dikaitkan dengan Indeks ICE Newcastle tidak mengalami kenaikan signifikan. Alhasil, permintaan batu bara global kualitas tinggi masih tertahan.

Kabar yang turut membuat harga batu bara turun akibat membaiknya hubungan China dan Australia. Perdagangan komoditas antara dua negara ini yang telah kembali aktif, mengakibatkan permintaan China dapat lebih terdiversifikasi.

Hal ini berdampak peningkatan pasokan global dan terdapat tambahan pilihan untuk impor batu bara China.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Batu Bara Longsor, Kinerja Sahamnya di RI Bagaimana?

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Baca Juga  Tiongkok Perpanjang Keringanan Pajak bagi Pekerja Asing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *