IHSG Balik Arah ke Zona Merah, 4 Saham Jadi Biang Kerok

Berita, Teknologi19 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (31/8/2023) atau perdagangan terakhir di Agustus 2023, setelah selama tiga hari terakhir ditutup di zona hijau.

IHSG ditutup turun 0,19% ke posisi 6.953,26. Meski melemah, tetapi IHSG masih mampu bertahan di level psikologis 6.900.

Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, yakni sektor kesehatan yang mencapai 1,75%, sektor infrastruktur sebesar 1,72%, sektor konsumer non-primer sebesar 1,19%, dan sektor industri sebesar 1,16%.

Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.








Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
Telkom Indonesia TLKM -9,95 3.730 -2,10%
Barito Pacific BRPT -3,11 1.070 -4,04%
Bank Central Asia BBCA -1,68 9.175 -0,27%
Kalbe Farma KLBF -1,52 1.815 -1,63%

Sumber: Refinitiv

Saham telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 9,9 indeks poin.

IHSG gagal mempertahankan penguatannya yang terbentuk selama tiga hari beruntun. Aksi profit taking investor pun tak terelakan dan membuat indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut akhirnya bergerak di zona merah pada sesi I hari ini.

Selain itu, IHSG yang melemah terjadi di tengah sentimen yang cenderung positif dari global, di mana ada tanda bahwa tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) mulai mendingin dan perekonomian Negeri Paman Sam mulai melandai.

Data tenaga kerja mulai mendingin setelah dirilisnya data penambahan lapangan kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP). ADP mengatakan bahwa pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.

Sementara itu, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan AS direvisi turun menjadi 2,1%, dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%. Ini adalah hari kedua investor memandang data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan sebagai kabar baik bagi saham.

Hasil rilis data ekonomi AS yang mengecewakan seharusnya menjadi sentimen positif bagi bursa global, termasuk di Indonesia. Namun, karena IHSG sudah menguat selama tiga hari beruntun, maka investor mulai kembali merealisasikan keuntungannya.

Ekonomi AS yang lesu juga memberikan investor sebuah harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan melunak soal suku bunga acuan.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 90% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September.

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu data inflasi periode Agustus yang akan diumumkan Jumat besok.

Inflasi Agustus 2023 diperkirakan meningkat secara tahunan, sementara secara bulanan melandai setelah berlari kencang pada bulan lau. Sebagai catatan, inflasi pada Juli tercatat 3,08% (year-on-year/yoy) dan 0,21% (month-to-month/mtm).

Selain data inflasi Agustus, pasar juga menanti rilis data aktivitas manufaktur periode Agustus 2023. Aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) versi S&P Global diprediksi masih tetap berada di zona ekspansi selama 25 bulan berturut-turut di angka 53.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Baca Juga  Batal Merger, Saham Garuda Indonesia (GIAA) Ambles 6,67%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *